Stevani Sinta Polii

Cinta ini seperti menggenggam pasir dalam telapak tangan.. Semakin kuat digenggam, semakin cepat pula pasir ini lepas dari genggaman tangan.. Menghilang bersama angin, entah kemana.. Jika pasir ini tidak digenggam, tetap saja angin akan menghempaskannya pergi, lenyap tak bersisa.. Tangan yang ingin menggenggam pasir.. Pasir yang selalu dibawa pergi oleh angin.. Angin yang selalu merajai pasir.. Pasir yang tak berdaya.. Tangan yang tak bisa apa-apa, kecuali.. Merelakan pasir pergi bersana angin, meskipun meninggalkan tangan yang kosong..

Bukan hanya sekedar kata-kata yang terucap.. Lebih dari itu.. Setiap air mata, tawa, rindu.. Setiap rasa yang ada di hatiku ini, rasa yang begitu sulit diartikan.. yang kadang kali membuatku melambung tinggi sampai ke puncak dari segala kebahagiaan, dan entah bagaimana bisa itu terjadi.. Tidak masuk akal kalau menggunakan otak, tapi akan sangat nyata kalau dengan hati.. Entah apa rangkaian kata yang tepat untuk menggambarkan situasi hati semacam ini.. Tidak menyesal ku tinggalkan 'rasa yang lain' itu dulu untuk bias sampai ke rasa yang seperti sekarang.. Sungguh sensasi hati yang begitu nikmat sekaligus indah.. Dan tak bisa lagi ku sangkali rasa ini, semakin ku berpura-pura tak mengenal, malah semakin aku jatuh bahkan terlarut di dalamnya.. Aku bahkan telah lama menyadari bahwa aku telah diperangkap.. Perangkap yang begitu sulit dilepaskan, bahkan jujur aku pun ingin terus ada diperangkap! Hatiku ini telah terperangkap dan tak bisa lari lagi! Kepasrahan yang berkesan ingin! "Entah rasa apa!" piker egoku. Maafkanlah aku yang begitu bodoh, angkuh dalam berkata-kata! Merangkai kata indah pun aku begitu kaku dalam keakuan, sampai membuatku tak bisa menunjukkan atau lebih tepatnya bersembunyi dalam rasa itu.. Pengecutkah?

This was when I was in the CBA Gold, n my cousin's house was there. Behind of her house, u can see the view above..So beautiul, right? :)

Aku mencarimu bermalam-malam dalam penantian tak berujung..Bila kau terjaga, dengarlah bisik cintaku mengetuk hatimu. “Hanya di dadamu kuingin rebah, hanya di hatimu cinta ingin kulabuhkan.” . . . . . Aku seperti terbangun dalam mimipi panjang, tertampar sadarku oleh penantian cinta yang tak kunjung tiba.. Lengkaplah sudah sepi ini menguras sendiriku hingga aku terkulai.. Terkulaipun aku dikunyahnya, Menyisakan aku yang lapuk.. Menyusuri jalanan lengang, bersimbah angan tanpa tujuan, Lengkap dalam derap gerimis yang menghujam kelapukan ini, Terbuai wajahmu yang bertubi-tubi membawase titik harapan, Harapan yang sebenarnya sama lapuknya dengan diri ini, namun membawa sebaris kata bahagia yang menenggelamkan nurani lapuk.. Anehnya!! Kau mampu memporak-porandakan hati ini.. Membuatku kehilangan asa, sekalipun kembali berasa.. Seperti berada dalam lingkaran dimana titik yang bergerak akan selalu kembali pada tempat ia bergerak, begitu juga penantianku! Hanya dengan terbawa angan akan dirimu mampu membuat diri ini bangkit kembali dari kelapukan akan penantian.. Tentang rindu kusam, tentang cinta yang tak kunjung datang bersatu.. Mengutip satu nama di antara kesah, gundah, gelisah dan lara.. Masihkah ada secuil senyum darimu jika nanti aku sampai pada batas penantianku yang terbata dalam kata-kata ini? Andaipun ada batas penantianku, saat itu raga telah berpisah dari tubuh ini.. Jika ada sedikit ruang yang tersisa di hatimu, sedikit saja, tolong bicaralah! Berilah padaku!! Agar aku tidak dikunyah lagi dan lagi dalam sendiriku, agar aku tidak hilang ditelan kelapukan.. Sedikit saja, setidaknya sebagai pertanda akan kehadiranmu untukku.. Biar sunyi tak datang, biar angan dan asaku berarah dan tidak membeku.. Agar aku selalu bisa berjalan menujumu karena tak ada lagi ketakutanku akan cintamu yang takkan pernah menyatu dengan cintaku.. Untuk memujimu, mengharapmu, menantimu dan mencintaimu…………..